Sabtu, 08 September 2012

Trip to Bali 3: Melayang Terbang bersama Abang

Bangun tidur, semua masih pada bermalas-malasan. Susaaahh banget disuruh mandi dan segera ke destinasi berikutnya. Semuanya asik tiduran di kasur sambil nyemil dan nonton kartun di TV. Saya pun duluan ke restoran dan makan pagi. Setelah kenyang, tak lupa mengamankan sedikit makanan dibawa ke kamar buat anak-anak (he he lumayan, sarapan gratis).

Day 2......
Hari kedua liburan, kami pergi ke Tanjung Benoa, dan kemudian menyeberang ke Turtle Island dengan perahu glass bottom. Dibekali seplastik roti oleh operator, anak-anak sangat suka melihat ikan-ikan bermunculan berebut roti yang ditaburkan ke laut. Bahkan saat roti habis, si bungsu sempat menangis minta roti tambahan. Ratusan ikan berwarna-warni cerah yang bisa terlihat sangat dekat itu memang sangat menggemaskan.





Saat tiba di Pulau Kura-kura, kami langsung disambut pegawai di sana yang bertindak sebagai tour guide. Tidak ada biaya masuk yang dikenakan hanya ada kotak amal yang disediakan di pintu masuk. Selanjutnya kami dibawa ke penangkaran kura-kura dengan berbagai usia. Anak-anak pun diberi kesempatan untuk berfoto dengan memegang kura-kura maupun memberi makan binatang lucu itu. Di sana ada juga binatang lain yang bisa dilihat dan dipegang minta untuk difoto bersama. Mulai dari iguana, kelelawar, ular, dan beberapa jenis burung. Sayang hanya si sulung yang berani memegang, karena saya pun ternyata tidak berani untuk mencoba!





Setelah puas berkeliling, dan sejenak beristirahat dengan memesan es kelapa muda yang dijual di sana, kami kembali ke pantai. Permainan selanjutnya adalah mencoba parasailing untuk anak-anak. Sebenarnya ada banyak permainan atau olah raga air yang ditawarkan, seperti banana boat, jet ski, rolling donut, flying fish, dan wake board. Namun hanya parasailing yang diperbolehkan untuk anak seusia mereka, dan itu pun masih harus ditemani instruktur. Akhirnya kesampaian juga anak-anak ‘terbang melayang bersama abang’ (baca parasailing).




Sebelumnya saya sempat khawatir anak-anak akan takut untuk mencoba naik parasailing. Apalagi kami sempat harus naik speedboat ke daratan di tengah laut, karena angin di pinggir pantai kurang bertiup kencang. Tapi ternyata, anak-anak sangat berani dan bahkan sempat minta naik lagi. Selesai parasailing, bebersih diri, kami pun melanjutkan perjalanan. Cuaca sudah cukup terik, bermain di pantai menjadi tidak menarik.

Setelah mampir makan siang di sebuah restoran fast food yang dilewati, kami meneruskan perjalanan ke Monumen Garuda Wisnu Kencana (GWK). Enaknya jalan-jalan di Bali, banyak tempat wisata dengan jarak yang berdekatan. Dari Tanjung Benoa ke GWK, tak lebih dari 30 menit meski dengan jalan santai. Sayang, anak-anak mulai kelihatan lelah setelah aktifitas di Tanjung Benoa, dan mulai mengantuk.

Akhirnya kami mengurungkan niat untuk masuk. Suami yang sudah pernah menjelajah ke GWK, mempertimbangkan kondisi anak-anak yang pasti akan kecapekan jalan kaki mengingat lokasi GWK ini yang sangat luas, dan kontur tanahnya yang naik turun. Kami pun rasanya tidak akan sanggup jika salah satu dari mereka minta gendong. Belum lagi panas yang cukup menyengat, pasti mereka akan mudah rewel.

Foto-foto aja di depan komplek GWK

Kami pun memilih ngaso di area pertokoan (yang sepi, karena belum ada yang buka) di dekat pintu masuk. Maunya memberi waktu agar anak-anak bisa tidur. Tapi melihat air mancur mereka pun langsung ingin bermain. Menurut saya, bangunan ini tak kalah kerennya dengan yang ada di dalam GWK. Banyaknya pohon yang rindang, dan angin yang bertiup semilir, membuat acara ngaso ini cukup membawa kantuk. Setelah puas bermain dan berfoto, kami kembali ke daerah Kuta.

Melirik jam masih menunjukkan jam 2.30 siang, saya pun berbelok ke Joger, yang memang sudah menjadi itinerary wajib bagi mayoritas turis domestik. Mencomot tiga kaos anak, satu tas sekolah dan beberapa pernik, kami meneruskan mampir ke Krisna untuk mencari oleh-oleh. Saat di Krisna, anak-anak mulai rewel dan menunjukkan kebosanannya. Padahal bagi saya, si emak-emak, tempat ini justru paling asik untuk berburu barang unik dan murah. Untuk mengobati kegalauan mereka, sebelum balik ke hotel, kami mampir ke Pantai Kuta yang gagal kami kunjungi saat hari pertama karena tidak mendapatkan tempat parkir.


Sore itu Kuta cukup ramai. Melihat air laut, tak bisa dibendung anak-anak langsung berhambur bermain pasir lagi. Saya pun harus siap-siap merelakan baju baru mereka untuk ganti, karena baju mereka pasti akan basah dan berpasir. Menjelang matahari tenggelam, tiba-tiba hujan mengguyur, meski tidak terlalu deras. Kami pun lari lintang pukang menuju mobil agar tidak kebasahan. Acara hari ini pun disudahi dan segera kembali ke hotel sambil mencari tempat makan yang dilewati.

Bermain pasir (lagi!) di Kuta

2 komentar:

  1. Mb aku tanya dong...yg buat kke turtle island boatnnya pesan di internet atau onthe spot?

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...