Minggu, 18 Januari 2009

Hore, Harga BBM Turun Lagi



Pemerintah kembali menurunkan harga BBM, khususnya bensin dan solar bersubsidi mulai hari ini. Harga bensin turun menjadi Rp 5.000 per liter dan solar menjadi Rp 4.800 per liter. Tentu saja beragam respons dan komentar muncul menanggapi kebijakan ini. Banyak yang senang, ada juga yang sinis, bahkan menuding ada udang dibalik batu atas keputusan itu.


Yang jelas bagi pemerintah, penurunan ini diharapkan bisa berimbas pada turunnya inflasi sehingga tekanan terhadap rupiah tidak terlalu tinggi. Pagi ini, pada perdagangan valas pukul 07.50 WIB, rupiah berada di posisi Rp 11.350 per dolar AS dan ditransaksikan di kisaran Rp 11.300-11.400 per dolar AS. Posisi rupiah diprediksi relatif tak banyak berubah karena permintaan terhadap dolar AS kini sudah tidak begitu tinggi lagi dan cenderung stabil.


Penurunan harga BBM juga diharapkan bisa membangkitkan lagi kepercayaan pelaku pasar bahwa ekonomi Indonesia tetap bergerak. Pasar akan antusias karena penurunan inflasi akan membuka peluang Bank Indonesia (BI) memangkas BI Rate dari posisi saat ini 9,25%. Jika suku bunga turun, kredit makin murah, sektor riil bakal bergulir.

Pemerintah sendiri telah mengantisipasi kelangkaan BBM seperti pada awal penurunan awal Desember lalu. Saat itu banyak SPBU yang tidak menjual untuk menghindari kerugian. Pengusaha SPBU merasa rugi jika harus menebus stok dengan harga mahal, tetapi dijual dengan harga baru yang lebih murah. Maka kali ini, pemerintah akan memperbaiki skema kompensasi bagi pengusaha SPBU yang menanggung biaya akibat menjual BBM dengan harga baru.

Bagi masyarakat umum, turunnya harga BBM ini diharapkan bisa sedikit mengurangi beban mereka. Pada gilirannya, ini akan meningkatkan daya beli mereka sehingga bisa menggairahkan sektor riil.

Yang ditunggu, tentu saja aksi riil dari para pengusaha. Jika selama ini pengusaha menggunakan tameng kenaikan harga BBM untuk menaikkan harga produk barang dan jasa, bisakah dengan penurunan ini harga jual dikoreksi? Jika awal bulan lalu pengusaha transportasi berdalih tak bisa menurunkan tarif karena yang turun harganya bensin, bukan solar, bisakah turunnya harga solar yang cukup besar, Rp 700 per liter, menurunkan tarif angkutan umum?

Memang bukan hal yang gampang bagi pengusaha untuk menaik-turunkan harga saat harga BBM berubah. BBM, hanyalah satu diantara sekian banyak sumber biaya yang harus dikeluarkan untuk berproduksi. Merubah harga jual produk perlu perhitungan yang rumit, terutama bagi perusahaan skala besar. Ini menyangkut perencanaan perusahaan yang tak gampang, berkaitan dengan manajemen cashflow perusahaan.

Dan sebenarnya, harga barang yang naik turun secara mendadak juga tidak baik. Masyarakat bakal berada di ranah ketidakpastian. Bahkan, bisa jadi muncul spekulan-spekulan baru yang memanfaatkan kondisi. Ini bisa menimbulkan sebuah komoditas tiba-tiba menjadi langka, yang justru bakal makin melambungkan harganya.

Yang kita harapkan, dengan turunnya harga BBM ini, setidaknya harga jual saat ini bisa bertahan lebih lama. Tidak segera mengalami kenaikan menyusul krisis financial global yang terus mengejar. Penurunan ini bisa menjadi salah satu penahan agar kenaikan harga produk tidak terlalu tinggi. Toh, nilai tukar rupiah makin lemah, UMK (upah minimum kabupaten) sebagai gaji karyawan terus mengalami penyesuaian. Artinya, meski BBM turun, komponen lain tetap naik. n


* tulisan ini sudah dimuat di harian Jatim Mandiri 2009 (lupa persisnya, tdk diarsip)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...