Jumat, 23 Januari 2009

Presiden dan Menteri pun Bersedih

Entah apa yang salah dari kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun lalu. Entah faktor apa yang membuat dampak penurunan yang dilakukan pemerintah hingga dua kali itu tak segera terasa. Yang jelas, meski harga BBM sudah terkoreksi dua kali, harga-harga sektor lain tetap bergeming. Bahkan ada beberapa yang justru naik.



Teorinya, saat pemerintah menurunkan harga BBM subsidi, efek dominonyanya juga cepat terjadi di berbagai sektor. Itu seperti jika pemerintah menaikkan harga. Bahkan sebelum benar-benar terealisasi, saat harga diumumkan naik, harga barang lain keburu naik. Tapi kali ini tidak.


Pemerintah, tampaknya gerah juga dengan kondisi ini. Saat pengusaha dan masyarakat berharap kondisi bakal lebih baik dengan penurunan harga BBM, yang terjadi sebaliknya. Bahkan tarif angkutan pun yang sangat berhubungan langsung dengan BBM juga enggan menurunkan tarif. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro pun mengaku bersedih.

Menurut dia, republik ini sudah 37 kali menaikkan harga BBM dan dia sudah mengalami 9 kali saat menjabat. ’’Kalau naik multiplier effect-nya cepat, seperti kenaikkan tarif angkutan, tapi saya sedih sekarang kalau (BBM) turun, second round effect tidak terjadi. Saya sekarang juga menuntut kalau BBM turun, second round effect-nya juga harus terjadi," tandasnya.

Bahkan yang terjadi saat ini, BBM khususnya premium justru langka di sejumlah SPBU. Akibatnya masyarakat terpaksa rela mengantri atau bahkan harus membeli Pertamax, jenis BBM lain yang harganya lebih tinggi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun mengaku tidak happy. Alasan Pertamina karena hari libur atau sistem baru dirasakan cukup mengganggu. Seharusnya tidak ada hari libur kalau untuk melayani masyarakat.

Nah jika demikian, dibutuhkan kepedulian yang sangat dari para pengusaha untuk sedikit mengoreksi harga jualnya. Mengurangi margin keuntungan yang memang sudah mepet tidak ada salahnya. Karena langkah ini bakal menjadi angin segar. Toh kalau harga turun, daya beli masyarakat pun bakal meningkat. Produk yang terserap semakin banyak, juga bisa mengatrol keuntungan. Jadi, tunggu apa lagi?


* tulisan ini sudah dimuat di harian Jatim Mandiri 2009 (lupa persisnya, tdk diarsip)

1 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...