Sabtu, 08 September 2012

Trip to Bali 2: (Maunya) Sok Romantis di Jimbaran


Tiga hari di Bali memang cukup singkat. Namun itu sudah cukup mengingat kepergian kali ini tidak sedang pada masa liburan sekolah. Anak-anak terpaksa bolos dua hari, dan misua pun harus rela mengambil cuti. Ini semua demi keinginan si istri! wkwkwkwk.

Namun, tiga hari menjadi sudah lebih dari cukup. Cukup untuk membolos sekolah dan kerja, dan yang pasti cukup untuk menguras isi dompet. Stamina pun tidak perlu sampai drop karena kelelahan, mengingat usai berlibur kami harus langsung sekolah dan bekerja kembali. 



Day 1.....
Kami berangkat pukul 06.30 dari rumah menuju Bandara Juanda untuk jadwal penerbangan jam 08.00. Setelah sukses mendarat di Bandara Ngurah Rai pukul 09.50, kami langsung kontak driver persewaan mobil yang berjanji menjemput kami di bandara. Oiya, penerbangan Surabaya-Denpasar cukup 50 menit saja. Tapi karena ada perbedaan waktu satu jam, maka kami seperti menempuh waktu hampir dua jam untuk perjalanan. (FYI, sesi detilnya bisa disimak di segmen lain)

Setelah proses bagage claim beres dan urusan sewa-menyewa mobil kelar, sekitar 10.30 WITA kami keluar bandara. Langsung menuju SPBU terdekat untuk mengisi bensin tentu saja. Satu lembaran merah pun berpindah tangan dari jari manis nan lentik ini ke tangan kekar berotot (hayahhh) si penjual bensin. Selanjutnya kami menyusuri jalan menuju Kuta area, cari makan siang untuk kemudian check-in ke hotel.

Cukup beristirahat dan kenyang makan, kami pun ingin segera menjelajah Bali. Pantai Jimbaran menjadi tujuan kami. Tak sulit mencari lokasinya, keluar jalan Sunset Road, tinggal lurus mengikuti jalan menuju arah Nusa Dua. Papan petunjuk ke lokasi sih memang ada, tapi agak kurang jelas menurut saya. Akhirnya kami pun sampai di lokasi tanpa harus terlibat acara kebablasan atau keliru jalan. Tapi mata harus melotot memantau GPS dan terus melihat papan petunjuk yang ada.

Setelah parkir mobil, kami pun jalan menuju pantai. Celingak-celinguk mencari pintu masuk, ternyata memang hampir semua pantai di Bali itu gratis. Alhamdu... lillah. Melihat debur ombak pantai, anak-anak langsung semburat berlarian. Mereka pun bergembira lari ke sana-ke mari, membuat istana pasir, merasakan diterjang ombak dan hembusan angin kencang. Itu semua mampu membuat mereka tidak berhenti menjerit dan tertawa. Sungguh kebahagiaan buat anak-anak yang tidak lagi dilarang berkotor-kotor, he he.

Bergaya dulu sebelum berbasah-basah di pantai

Saya pun tak henti-hentinya menjerit. Yakni harus berteriak ke anak-anak agar tidak jauh ke tengah laut dan menjerit lirih (hadeh) ketika ada si kaki empat yang banyak tersebar di pantai berjalan mendekat atau harus kulewati. Meski banyak anjing yang disuntik mati karena anjing gila, tapi saya lihat populasinya di Bali tetap banyak. Saya pun takut disuntik mati, eh setengah mati. (FYI, yang ini sedang ditulis versi komedinya. Tunggu saja)

Menurut itinerary yang saya buat, selepas sunset di pantai, kami akan makan malam di Jimbaran. Tentu saja saya ingin merasakan makan malam yang (katanya!) romantis itu. Tapi saat jalan-jalan tadi, saya sempat melirik beberapa buku menu yang memang sengaja ditancapkan di pasir pantai, agar bisa diintip sepuasnya oleh calon-calon pemangsa, eh konsumen. Sayangnya, semua harganya tidak ramah buat kantong saya. Biasa makan gratisan di sini, kalo harus merogoh kocek dalam-dalam kok jadi sayang he he. 

Akhirnya, acara di Jimbaran hanya ditutup dengan makan jagung bakar dan kacang rebus yang banyak dijumpai di sana. Tentu saja setelah sebelumnya membersihkan diri dan berganti pakaian di toilet yang disediakan. Dan sekali lagi, tentu saja beli jagungnya di luar area pantai. Karena ternyata, di luar pantai (area parkir atau pintu keluar) harga jagungnya bisa empat kali lebih murah! Yang jualan orang Lamongan pula, jadi sok akrab, sapa tau dikasih diskon lagi hi hi.

Kenyang makan jagung dan kacang, kami pun kembali ke mobil dan kembali ke arah Kuta. Ternyata jalanan cukup padat dan sampat macet hampir 30 menitan. Setelah mencari yang segar-segar di Circle-K, kami pun memutuskan balik ke hotel. Meski malam belum larut, jam segini adalah siklus tidur bagi anak-anak. Kami pun melewatkan makan malam, karena anak-anak mengaku masih kenyang (lumayan, bisa berhemat). 
It’s time to sleep, zzzzzzz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...